Puisi Kematian

Puisi kematian kematian adalah hal yang sangat sakral dan penting. Sama seperti kelahiran. Jika kelahiran adalah yang mendatangkan kita ke dunia ini maka kematian adalah yang akan membawa kita dari dunia ini. Kematian akan membuat kita kehilangan segalanya yang berhubungan dengan dunia ini seperti keluarga, harta, kerabat, sahabat, kenikmatan, kemewahan dan sebagainya.

Kematian tidak perlu di takuti tapi kematian  itu di hadapi. Tentunya dengan cukup bekal ke akhirat dengan cara memperbanyak pahala kebaikan, mengerjakan amalan amalan yang di perintahkan allah, bertaqwa padanya dan tidak terlalu mencintai dunia karena dunia adalah tempat kita singgah sementara.

Kematian akan terjadi pada setiap makhluk yang bernyawa termasuk kita sebagai manusia. Hewan, tumbuhan dan manusia semuanya akan mati pada waktunya. Tidak ada satu orangpun yang mengetahui dengan pasti kapan dia akan mati karena kematian itu rahasia allah. Yang artinya hanya allah sendirilah yang tahu kapan kita mati, tahun berapa, bulan berapa, hari berapa, jam berapa dan penyebabnya apa.
Hanya allah yang tahu kita sebagai manusia biasa hanya bisa mempersiapkan diri untuk menghadapi kematian itu.

Puisi kematian
Puisi kematian


Di bawah ini kami bagi kumpulan puisi tentang kematian. Dengan puisi kematian di bawah ini di harapkan akan mempertebal keimanan kita pada allah, kita waspada karena umur hanya allah yang tahu hari ini kita hidup belum tentu besok kita juga masih hidup. Selamat membaca.


PUISI KEMATIAN TERBARU


Sejengkal Tanah
Karya: Rayhandi

Hari ini kita menapak bumi
Tertawa dan bersenang hati
Kita berjalan dengan angkuh
Hingga lupa tanah mencarut

Kita lupa sembahyang
Kita lupa beriman
Iman di dada setipis kulit bawang
Hilang di bawa angin dunia fana

Hari ini kita tertawa
Menghirup nafas dengan congkak
Lupa di mana kita berlindung
Lupa di mana kita kembali

Terbayangkah kita?
Jika besok kita mati
Jika nanti kita mati
Jika sebentar lagi kita mati

Amalan apa yang akan menjamin kita merengkuh surganya?
Harta dan kenikmatan dunia?
Tidak, semuanya lenyap. Tinggallah kebenaran

Hari ini kita memakai sutra
Boleh jadi besok kita memakai kafan
Hari ini kita tidur di ruang mewah
Boleh jadi besok kita tidur di liang lahat

Hari ini kita bergelimang kemewahan
Bisa mungkin esok kita bergelimangkan siksa
Hari ini kita tersenyum
Bisa mungkin esok di kubur kita meraung

Hari ini kita berteman sahabat
Boleh jadi di kubur kita berteman ulat
Hari ini rupa kita mulia
Boleh jadi esok di kubur kita hancur bak garam
Hilang tanpa sisa

Tidak takutkah engkau akan mati?
Ia akan datang dalam pucat
Yang menjujur biru terbaring
Kaku tanpa sentuh

Sakratul maut datang
Menyeret nafas hingga di pucut leher
Demi tuhan sakitnya sangat
Bagai tubuh terkoyak kulit

Takutkah akan mati di kau?
Tubuh terguncang nyawa melayang
Meninggalkan jasad fana
Hening membiru di liang kubur

Wahai manusia
Semuanya kita akan mati
Mati sekarang atau esok tak ada bedanya
Malaikat maut menunggu di pucuk umur

Kita pergi melayang jauh
Meninggalkan nikmat hidangan dunia
Menceraikan keluarga
Mencampakkan harta yang melangit

Kita mati meninggalkan hitam putih dunia
Yang kita genggam hanya asa jika tak beramal
Bahkan jasad tubuh tercinta tertinggal di hitam bumi

Tak sebutir nikmat jua kita bawa
Tak secuil emas berlian pun kita rengkuh
Hanya iman di dada
Hanya islam di hati

Inikah akhir nafas kita
Nafas yang selama hidup lupa tuhannya
Akan tugas melalang di fana
Kita lupa wahai sahabat

Kematian
Datang membayang nafas
Merenggut hingga putus tertinggal tubuh
Hina
Takut
Di curuk ujung kita menanti menunggu hingga kita mati semua
Dan semuanya hanya soal waktu
Berjalanlah ke depan karena di ujung tapak langkahmu kematian menunggumu....


Nah demikian puisi kematian semoga puisi di atas berguna dan bermanfaat untuk kita semua. Terima kasih sudah membaca puisi kematian.
Baca juga puisi lainnya: puisi malam yang indah dan puisi pengorbanan seorang ibu

0 Response to "Puisi Kematian"

Posting Komentar

Berkomentarlah dengan baik dan sopan. Komentar yang mengandung spam, sara, p*rn*grafi, promosi tidak akan kami tampilkan. Terima kasih karena sudah mau membaca puisi kami.

Histats

wdcfawqafwef